Rabu, 23 November 2016

Filled Under:

JALAN MENUJU MA’RIFATULLAH







Assalamua'laikum Warahmatullahi Wabarakatuh..


Saudara/i ku semuanya di Grup Tuhid Murni yang di Rahmati Allah SWT ini.

JALAN MENUJU MA’RIFATULLAH

Di dalam suatu dalil dikatakan bahwa :

“Awwaluddin Ma’rifatullah” (Awal mula seseorang itu beragama, ialah mengenal akan Allah)”.
Dimana seseorang itu wajib hukumnya untuk mengenal akan Allah SWT., sebagai langkah awal menuju kesempurnaan beragama.
Tanpa mengenal Allah SWT., maka Ibadah apapun yang dilakukan bagaimana mungkin bisa dikatakan sampai.
Sedangkan tujuan nya saja tidak diketahui.

Karena itu sangatlah penting sekali pengenalan akan Allah SWT., itu di dalam kehidupan ini.
Dengan Mengenal akan Allah SWT., maka akan dirasakannya Manis Lezatnya ke imanan yang sesungguhnya.
Dirasakan khusyuknya dalam Amal Ibadah serta Ketenangan Jiwa akan mengalir di dalam dirinya.

Menjadikan Pribadi yang ikhlas, sabar, tawakkal serta Ridho dalam menjalani Hidup.
Tiada kebahagiaan yang melebihi daripada kebahagiaan para Arif billah/orang yang mengenal akan Allah SWT.

Seandainya Allah SWT membukakan akan rahasia keagungan para Arif billah, maka niscaya orang-orang akan tercengang dan terheran-heran serta takjub dibuatnya.

Karena Nur yang meliputi diri para Arif billah itu akan memancar menembus sampai ke Arays. Karena itu lah Allah SWT menutup akan diri para kekasih-kekasih-Nya itu, sehingga tidak ada yang mengetahui tentang dirinya melainkan hanya Allah SWT dan mereka-mereka yang sama-sama telah sampai pada maqom Ma’rifatullah tersebut.

Adapun Manusia-manusia itu untuk sampai kepada pengenalan akan Allah SWT (Ma’rifatullah) maka terlebih dahulu ia haruslah mengenal dirinya yang sebenar-benarnya.

“Man ‘Arofa Nafsahu faqod ‘Arofa Robbahu” (Barang siapa yang mengenal akan dirinya yang sebenarnya niscaya kenal lah ia akan Allah).

Nafsahu berasal dari kata Nafs "JIWA" lebih tegasnya sama dengan "JIWA DAN MENTALITAS".

Ingat..!!!
Kesalahan pada umumnya yang ada sekarang ini.
Mengartikan Nafsahu sama dengan Nafas atau udara.
Dan muncullah teori Shalat Daim dengan cara 'MENAHAN NAFAS".

Dan tahapan-tahapan yang harus dilalui adalah :
1. Menundukkan Hawa Nafsu dengan memerangi kesyirikan, kekufuran, kemunafikan, kefasikan dan kemurtadan yang ada di dalam diri dengan menjauhi kesombongan, keingkaran terhadap kebenaran, kebodohan dan ketidak pedulian tentang kebenaran.

2. Apabila ia telah berhasil di dalam memerangi Hawa Nafsunya tadi maka ia akan di anugrahi Hidayah/petunjuk kepada jalan yang di Ridhoi Allah SWT yaitu jalan menuju kepada Kebenaran Hakikat Muhammad Rasulullah Muhammad SAW, serta dilengkapi ia dengan sifat-sifat Muhammad Rasulullah SAW.,

Yaitu Siddiq, Tabligh, Amanah dan Fathonah serta menjadikan ia Sami’na wa atho’na terhadap "kITABULAH DAN SUNAH RASULULLAH MUHAMMAD SAW".

3. Apabila ia tetap Istiqomah pada tahapan ke-1 dan ke-2 itu maka ia akan disesuaikan oleh Allah SWT dengan Hukum Sunatullah yang berlaku di dalam kehidupan ini. Maka tetapkanlah kesabaranmu di dalam Hukum Allah SWT itu. (Tawakkal/berserah diri kepada Allah dengan meyakini bahwa apa yang terjadi atas dirinya, itu semua Qudrat Iradat Allah SWT semata).
Bersabarlah! Dan pasrahkanlah dengan sebenar-benarnya, dan berlaku kasih sayanglah kepada sesama Saudara Mu’min serta menjadilah Rahmat bagi Makhluk Allah SWT yang lain.

Tetapi ingatlah..!!!
Sesungguhnya banyak di antara orang Mu’min Hamba-hamba Allah SWT itu yang terlena di dalam tahapan ini, artinya mereka yang takjub dan hilang kesadaran dirinya karena sangat mempesonanya keindahan-keindahan dan kemuliaan-kemuliaan Allah SWT yang dinyatakan/ditampakkan oleh Allah SWT berupa karomah-karomah membuat ia lupa akan Allah SWT yang menganugrahkan kelebihan-kelebihan itu sehingga Karomah itulah yang menjadi maksud dan tujuannya.

Lalu lupa ia kepada tujuan yang sebenarnya yaitu Allah SWT yang menurunkan Karomah itu.
Maka jatuhlah ia kepada jurang kefasikan, kembali dikuasai oleh Hawa Nafsunya. “Laa Hawla wa Laa Quwwata Illa Billah………….”

Berhati-hatilah di dalam tahapan ini..!!!

Tidak ada seorangpun yang selamat dalam tahapan ini melainkan mereka yang benar di dalam memasrahkan segala sesuatunya kepada Allah SWT, sehingga jadilah Allah SWT sebagai penolongnya dan hanya Allah SWT lah sebaik-baik penolong bagi orang-orang Mu’min.

4. Kemudian apabila ia telah sampai kepada tahapan itu dengan selamat dan ia senantiasa di dalam kesabaran serta selalu berhati-hati di dalam Musyahadahnya (Penyaksiannya), maka akan tersingkaplah segala Kebenaran Hakikat Muhammad Rasulullah SAW menyingkap tirai itu.

Artinya ; Kebenaran Hakikat Muhammad Rasulullah SAW itu sendiri yang akan datang menjemputnya untuk di bawa naik (Mi’raj) menuju Alam yang tiada Batas dan dihampirkannnya kepada Kebenaran yang membawa Rahmat yaitu Nurun Ala Nurin sumber segala hakikat-hakikat yang ada termasuk Hakikat Diri atau Hakikat Muhammad.
Sebagai "Hamba-Nya" atau "Khalifah".

Lalu timbul lah kecintaan yang amat sangat dalam kepada Rasulullah Muhammad SAW, rindu yang tiada habis-habisnya dan diwujudkannya di dalam gerak dan diamnya dengan Syalawat dan puji-pujian kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Kecintaannya yang sangat dalam kepada Rasulullah Muhammad SAW terasa nikmat sekali dirasakannya, sehingga tiada nikmat apapun yang dapat menyamai kenikmatan cinta Rasulullah Muhammad SAW.

Racun kerinduan rela dan ikhlas diminumnya karena kemabukkannya tiada bandingannya. Kemabukkan cinta itulah yang mengahantarkan dirinya kepada Rabbul Izzati untuk berkasih-kasihan memadu cinta yang telah lama terpendam (Bermesra-mesraan).
"NURUN ALA NURIN".

Dengan tahapan-tahapan itu akan sampai lah ia kepada Memandang Allah SWT yang di lapisi oleh Nur-Nya yang tiada tara keagungan dan kebesaran-Nya.
Yang Esa dalam ke Esaan-Nya, dimana segala sesuatu bergantung kepada-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tiada satupun yang menyamai-Nya.

Ketika para Pecinta Allah SWT sudah asyik di dalam pandang memandang, maka Allah SWT akan mendudukan ia pada “Maqom Muraqabah” sebagai jalan terbukanya Tirai “Kebenaran Hakiki/Mukassyafaturrabbani”. Itulah Akhir dari pada pengembaraan dan perjalanan dan Itulah Puncak segala Puncak kenikmatan dan kebahagiaan.

Kesimpulannya.
“Shadaqollahul 'azim”.
MAHA BENAR ALLAH SWT DENGAN SEGALA FIRMAN-NYA.
Maka.:
TIDAK AKAN DITEMUKAN PERTENTANGAN ANTARA SYAIA'T, TARIKAT, HAKIKAT DAN MA'RIFAT.

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
“Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar, Allahu akbar wa lillahil hamd.."
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar selain Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala pujian hanya untuk-Nya.

INILAH MA'RIFATULLAH YANG SESUNGGUHNYA.
DAN INILAH PENYAKSIAN YANG SESUNGGUHNYA.
ASYAHADU ALLA ALLAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADARASULULLAH..

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 TAUHID MURNI.

Designed by ZMTemplates