Selasa, 22 November 2016

Filled Under:

Perbedaan Qadha dan Qadar





Assalamua'laikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Saudara/i ku semuanya di grup Tauhid Murni yang di Rahmati Allah SWT, ini.

Perbedaan Qadha dan Qadar.

Masalah qadha dan qadar/taqdir. Jaman Rasul tidak ada wacana tentang taqdir, baru ada ketika jaman Khalifah kedua, Umar bin Khatthab muncul istilah tersebut, kemudian makin berkembang ketika jaman khalifah ummayyah setelah khalifah ali. Saat itu, taqdir dipersepsikan salah. Dulu ketika Ali wafat maka digantikan putranya Hasan, yang ternyata umat islam pecah, maka dia mengundurkan diri. Lalu Hasan digantikan oleh adiknya Husein, nah Husein ini dibunuh oleh bani ummayyah. Kemudian berkuasalah khalifah ummayyah mengeser Husein. Demi kepentingan politiknya maka Ummayyah memberikan wacana kepada Umat Islam, bahwa terbunuhnya Husein itu sudah merupakan taqdir Allah. Husein tidak dibolehkan memerintah, buktinya adalah dia tewas, yang diperbolehkan oleh Allah adalah dirinya, begitu kata pembesar-pembesar dan pengikut-pengikut Ummayyah.

Itulah taqdir, begitu wacana sesat yang dihembuskan dinasti Ummayyah. Jadi bagaimana makna tadir itu sebenarnya? Kita harus kembali kepada keterangan-keterangan Allah lewat Qurannya.
“Sesungguhnya Allah telah mengadakan ukuran bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. 65:3)
Menurut firman Allah dlm Al-Quran, segala sesuatu itu sudah ada ukurannya, sudah ada taqdirnya. Maka taqdir adalah sebuah rumusan yang Allah tetapkan dan berlaku pada tiap-tiap sesuatu. Taqdir bisa dikatakan merupakan sistem Allah yang Dia terapkan pada apapun di dunia ini. Taqdirnya air laut adalah apabila dia disinari matahari sampai lama maka akan menguap menjadi awan. Taqdirnya api kalo disiram air yang cukup maka akan mati.

Dengan demikian, alam semesta kecuali manusia itu tidak diberi kesempatan utk memilih taqdir-taqdirnya. Sedangkan manusia diberi kebebasan untuk memilih taqdir yang diinginkannya. Taqdirnya manusia yang rajin dan sabar maka akan berhasil, taqdirnya manusia yang malas maka akan sengsara hidupnya. Silahkan manusia untuk memilihnya, apakah menjadi manusia yang rajin ataukah manusia yang pemalas.

Bumi diberikan taqdirnya untuk urusan berevolusi hanya satu untuk mengitari matahari, dia tidak boleh mengitari planet atau bintang-bintang yang lain, bisa kacau nanti. Sedangkan manusia silahkan memilih taqdir utk kehidupannya, hanya Allah menganjurkan kepada manusia utk memilih taqdir yang terbaik buat dirinya, bukan sekedar taqdir yang baik, tapi yg terbaik.

Sering terdengar bahwa jodoh, rizki dan mati adalah taqdir Allah, padahal semua yang terjadi di dunia ini adalah taqdir (rumusan-rumusan) dari Allah. Seringkali kita baru katakan itu taqdir kalao kita mendapat musibah, padahal apabila kita mendapat kesuksesan dan kebahagiaan itu juga taqdir dari sekian taqdir yang kita pilih.
Rumusan-rumusan Allah itu tertuang dalam Lauhil Mahfudh yang mencakup rumusan Qadha dan Qadar/Taqdir tadi. Jadi Lauhil Mahfudh adalah ibarat sebuah prasasti yang menyimpan ilmu-ilmu Allah yang terpelihara.

Perbedaan Qadha dan qadar adalah :

Qadha itu adalah rumusan-rumusan Allah secara global, seperti misalkan bahwa tiap makhluk yang bernyawa pasti mati. Qadar/taqdir adalah rumusan-rumusan Allah yang terinci atau rinciannya, seperti misalnya ayam akan mati pada saat apa dan dimana.

Sedangkan qadar/taqdir pada manusia adalah tergantung dari pilihan manusia itu sendiri.

Jadi kesimpulannya adalah qadha dan qadar adalah sistem Allah yang berlaku di dunia ini pada siapapun dan apapun. 
Hanya kita sebagai manusia dipersilahkan untuk memilih taqdir, mau beriman silahkan, mau kafir juga boleh masing-masing ada taqdirnya. 

Allah menghendaki kita memilih taqdir yang terbaik buat kita. Sedangkan alam raya ini tidak bisa memilih taqdirnya.

Nah, alam semesta ini sengaja Allah hamparkan di muka bumi ini agar kita bisa memilih dan menemukan taqdir yang terbaik untuk kita. Pilihan rizki terbaik, jodoh terbaik, karir terbaik, kesejahteraan terbaik, nasib yang terbaik dan lain-lain harus kita usahakan sendiri.

Mengenai nasib yang menimpa manusia, Allah tidak menentukan tapi manusialah yang menentukan sendiri nasibnya. Ibaratnya Allah sudah kasih tahu kepada manusia apabila dia berbuat A maka dampaknya X, tapi kalo berbuat B maka dampaknya Y. Nah apabila manusia milih A maka dia akan bernasib X... Jadi bukan Allah yang menentukan nasib manusia tapi manusianyalah yang memilih untuk itu.
NB:
Doa dapat mengubah taqdir. Allah berfirman Dia mampu menghapus apa yang sudah ditetapkan, nah dengan Doa itulah taqdir kita akan berubah. Tapi sistem global Allah tetap tidak akan berubah.

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 TAUHID MURNI.

Designed by ZMTemplates