Rabu, 23 November 2016

Filled Under:

Salah satu ajaran Ana Al-Haq




Dulu Saya punya pemahaman seperti ini.,


Alhamdulillah...


Sudah dua belas tahun lebih saya tinggalkan pemahaman ini.

4 Macam Maqam atau tingkatan orang yg melakukan Amal Shaleh dalam ilmu Tasawuf.

1. muftadi ,orang yang beramal
dengan i`tikad lillahi ta'ala [karena
atau kepada Allah]. Orang ini masih
berkutat dalam masalah
kelengkapan syarat dan rukun
untuk menghadap Allah. Masih
bersifat dari dirinya kepada Allah.


2. mubtadi ,orang yang beramal
dengan i`tikad minallahi ta`ala
[dari Allah]. Orang ini memandang
dari Allah-lah sehingga dirinya bisa
beramal ibadah. Masih bersifat dari
Allah kepada dirinya.



3. mutawasit ,orang yang beramal
dengan i`tikad billahi ta`ala
[dengan Allah]. Orang ini
memandang dengan Allah-lah
sehingga dirinya bisa beramal
ibadah. Masih besertaan dirinya
dengan Allah.



4. muntahi ,orang yang beramal
dengan i`tikad lillahi ta`ala,
minallahi ta`ala, dan billahi ta`ala
sekaligus. Dipandangnya semua
sehingga tidak dipandangnya
dirinya ada, yang ada sudah
Perbuatan, Kelakuan, Asma, dan Zat
Allah semata. Tiada merasa ada diri
lagi, sudah semuanya Allah semata.
Untuk sempurna mengetahui Allah,
ketahuilah asal diri. Bukankah yang
dijadikan Allah itu zat, sifat, asma,
dan af`al. Ini yang perlu diketahui.


Kata Ibnu Abbas r.a., kepada Nabi
Saw., dia bertanya:
"Yaa junjunganku, apa yang mula-
mula dijadikan Allah Ta`ala?"
Sabda Nabi Muhammad Saw.,
" Innallaaha khalawa qablal asya`i
nuurun nabiyyika ."
Sesungguhnya Allah telah
menjadikan yang mula-mula dari
segala sesuatu ialah Cahaya
Nabimu [Nur Muhammad].
Nyatalah, Nur Nabi itulah mula-
mula dari sekalian alam.
Dan kata Abdul Wahab Syarani r.a.
dari Nabi Muhammad Saw.:
" Innallaaha khalaqarruuhin nabiy
Muhammad Shalallaahu `alaihi
wasalam min zaatihi wa
khalaqarruuhin alam ."
Sesungguhnya Allah menjadikan
ruh Nabi Muhammad Saw. dari Zat-
Nya [Zat Allah] dan menjadikan ruh
sekalian alam dari Nur Muhammad.
Sadarilah. Segala sesuatu jenis
yang zahir [korporeal; jasadi] dari
Nur Muhammad, sedangkan ruh-
ruhnya dari Zat Allah. Pandanglah
diri kita, jasad ini Nur Muhammad;
ruh ini dari Zat Allah. Sifat dan zat
itu satu [compact].


Contoh:
Kalau ketan dengan ragi: satu,
dinamailah tapai.
Kalau Zat dan Sifat: satu, dinamai
diri siapa diri kita ini? Tentulah Diri
Allah.
Nur itu Sifat, Zat itu Rahasia.
Zat itu hayyun se-hayyun-hayyu n-
nya. Maka yang hiduplah yang
berkelakuan, mana mungkin yang
mati [fana] yang berkelakuan.
Kalau kita sudah tahu bahwa Zat
itu Wujud Allah; dan Wujud Allah
itu Diri Allah, maka Rahasia, itulah
Diri Allah. Kalau sudah paham ini,
jangan lagi kamu sebut Diri Allah
yang berkelakuan. Sebut dengan
sebenar-benarny a: Allah yang
berelakuan. Karena dalam hakikat
tauhid: sudah tidak ada wujud
baharu lagi. Apa pun yang kamu
lihat, Wujud Allah yang Ada.
Wujud Allah itu Zat Allah; Zat Allah
itu Diri Allah.


Kalau sudah tahu Allah, tidak perlu
lagi kamu mau sama dengan Allah
atau mau jadi Allah. Kalau sudah
Allah, ya tetap Allah. Allah tetap
Allah; baharu tetap baharu. Mana
mungkin baharu bisa jadi Allah
atau Allah jadi baharu.


Jadi, diri manusia ini Diri Allah
karena diri manusia ini Zat-Sifat.
Jadi yang dikatakan shalat itu, Diri
Allah memuji Tuhan-Nya. Kalau
kesadaran ini kamu pegang terus,
boleh kamu rasakan setiap tidur
kamu mendapat hidayah.

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 TAUHID MURNI.

Designed by ZMTemplates