Rabu, 23 November 2016

Filled Under:

Saudara Rasulullah Muhammad SAW







Assalamua'laikum Warahmatullahi Wabarakatuh..



Saudara/i ku semuanya di grup Tauhid Murni yang di Rahmati Allah SWT, ini.

Suatu ketika berkumpullah Rasululah Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersama sahabat-sahabatnya yang mulia. Di sana hadir pula sahabat paling setia, Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Kemudian terucap dari mulut Rasulullah Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam : “Wahai Abu Bakar, aku begitu rindu hendak bertemu dengan ikhwanku (saudara-saudaraku).”

Suasana di majelis itu hening sejenak. Semua yang hadir diam seolah sedang memikirkan sesuatu. Lebih-lebih lagi Abu Bakar ra, itulah pertama kali dia mendengar orang yang sangat dikasihinya melontarkan pengakuan demikian.

“Apakah maksudmu berkata demikian, wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu?”Abu Bakar ra bertanya melepaskan gumpalan teka-teki yang mulai memenuhi pikiran.

“Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku tetapi bukan saudara-saudaraku.” Suara Rasulullah bernada rendah.

“Kami juga saudaramu, wahai Rasulullah,” kata seorang sahabat yang lain pula.
Rasulullah menggeleng-gelangkan kepalanya perlahan-lahan sambil tersenyum. Kemudian Baginda bersabda,

“Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku dan mereka mencintai aku melebihi anak dan orang tua mereka. Mereka itu adalah saudara-saudaraku dan mereka bersama denganku. Beruntunglah mereka yang melihatku dan beriman kepadaku dan beruntung juga mereka yang beriman kepadaku sedangkan mereka tidak pernah melihatku.”

 Pada ketika yang lain pula, Rasulullah Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam menceritakan tentang keimanan ‘ikhwan’ baginda: "Siapakah yang paling ajaib imannya?" tanya Rasulullah.

"Malaikat," jawab sahabat.

"Bagaimana para malaikat tidak beriman kepada Allah, sedangkan mereka sentiasa hampir dengan Allah," jelas Rasulullah Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Para sahabat terdiam seketika. Kemudian mereka berkata lagi, " Para nabi."

"Bagaimana para nabi tidak beriman, sedangkan wahyu diturunkan kepada mereka."

"Mungkin kami," celah seorang sahabat.

"Bagaimana kamu tidak beriman, sedangkan aku berada ditengah-tengah kamu," pintas Rasulullah Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam menyangkal hujah sahabatnya itu.

"Kalau begitu, hanya Allah dan Rasul-Nya sahaja yang lebih mengetahui," jawab seorang sahabat lagi, mengakui kelemahan mereka.

"Kalau kamu ingin tahu siapa mereka? Mereka ialah umatku yang hidup selepasku. Mereka membaca Al Quran dan beriman dengan semua isinya. Berbahagialah orang yang dapat berjumpa dan beriman denganku. Dan tujuh kali lebih berbahagia orang yang beriman denganku tetapi tidak pernah berjumpa denganku," jelas Rasulullah Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.

"Aku sungguh rindu hendak bertemu dengan mereka," ucap Rasulullah Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam lagi setelah seketika membisu. Ada berbaur kesayuan pada ucapannya itu.
  
Abu Hurairah ra meriwayatkan, bahwa Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap nabi mempunyai doa yang mustajab. Maka setiap nabi bersegera memanfaatkan doa itu. Tetapi aku menyimpankan doa itu sebagai penolong untuk umatku pada Hari Kiamat (syafaat).” (Hadits riwayat Muslim)

Semoga kita bisa menjadi Saudara-Saudara yang dirindukan oleh Rasulullah Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam..

Amin.. Yaa. Rabbilalamin..

Allahuma Syali A'la Habibullah Muhammad Wa A'la Alihi Habibullah Muhammad.

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 TAUHID MURNI.

Designed by ZMTemplates